Memang terkadang
cinta pertama sulit dilupakan oleh sebagian orang. Pasti masih ada secercah
perasaan untuk orang yang pertama kali dicintai tersebut. Namun, masih
pantaskah jika dia sudah memiliki kekasih masih selalu membahas mantan kekasih
yang merupakan cinta pertamanya? Bagiku itu hal yang biasa awalnya, namun
semakin lama semakin jenuh pula aku mendengar dia selalu menyebut nama cinta
pertamanya ketika sedang bersamaku.
Aku memang bukan
cinta pertamanya, aku bukan pula cantik seperti cinta pertamanya. Aku hanyalah
gadis biasa yang mencoba selalu menggenggam hatinya bersama hatiku. Aku tak
pernah marah ketika dia mambawa nama cinta pertamanya saat sedang denganku. Aku
selalu sabar, namun aku hanyalah wanita biasa yang penuh kekurangan dan tak bisa
terus bersabar ketika hatiku resah. Ada satu hal yang aku takutkan selama ini,
yaitu ketika dia cinta pertamanya datang lagi kedalam hidupnya apakah
perasaannya akan kembali lagi seperti dulu? Dan ketakutanku terjawab sudah,
semua ketakutan yang selama ini aku sembunyikan terjawab sudah, dan ternyata
benar perasaannmu berubah ke wanita itu. Aku mencoba menerima semua itu, aku
bukan siapa-siapamu aku hanyalah seorang tunangan yang selalu terbayang-bayang
oleh rasa takutku sendiri.
Jari-jariku berhenti menari
diatas keyboard saat aku mendengar dering handphonku, ketika aku melihat layar
handphonku tertera 1 message, aku membukanya
From: Fahmi Ammar
0856543*****
“Assalamualaikum Zahra, bisakah
kita bertemu di caffe biasa, kutunggu jam 16.00”
Sejenak kulirik jam yang
bertengger manis di pergelangan tangan kiriku, pukul 15.00. Aku segera membalas
message darinya
To:Fahmi Ammar
“Waalaikumsalam, iya mas”
Ada pepatah mengatakan tak kenal
maka tak sayang. Perkenalkan namaku Zahra Latifah Arini, usiaku saat ini 22 tahun, aku bekerja sebagai
seorang psikiater dan penulis,aku sangat mencintai pekerjaanku ini. Aku tinggal
bersama abang dan istrinya, ya karena aku adalah yatim piatu. Pukul 15.30 aku
berpamitan pada abang dan istrinya
“Bang, Zahra pamit keluar dulu”ucapku
sambil mencium tangan abang
“mau kemana sore-sore
begini?”tanya abang
“Zahra mau ketemu mas Fahmi bang,
boleh kan”ucapku
“Iya sudah, tapi jangan terlalu
malam pulangnya”ucap abang
“Iya bang,
Assalamualaikum”salamku
“Waalaikum salam”jawab abang
Aku segera berjalan menuju halte.
Namun angkutan yang ditunggu tak kunjung datang. Pukul 16.15 aku baru sampai di
caffe. Dari luar dapat aku lihat bahwa pria yang kucintai duduk bersebelahan
dengan seorang wanita cantik, dan aku mengetahui siapa wanita itu, ya dia cinta
pertama mas Fahmi. Hatiku bertanya-tanya ada apa ini. Dengan mengucap basmalah
kulangkahkan kakiku mendekati mereka
“Assalamualaikum, mas” salamku
“Waalaikumsalam Zahra, silahkan
duduk”ucap mas Fahmi, aku segera duduk setelah dipersilahkan oleh mas Fahmi
“ada apa mas menyuruh saya
kemari?”tanyaku
“Perkenalkan ini Mita, Mita ini
Zahra”ucap mas Fahmi
“Zahra”ucapku menjulurkan
tanganku
“Mita”ucapnya tanpa menjabat
tanganku
“Zahra, ada hal penting yang
ingin aku bicarakan”ucap mas Fahmi
“Iya silahkan mas”ucapku
“Sebenarnya saya menyuruh kamu
kemari karena saya ingin mengatakan bahwa saya ingin membatalkan pertunangan
kita”ucap mas Fahmi
DEG. Astagfirullahaladzim, air
mata mulai menggenang di pelupuk mataku
“Kenapa mas? Apa salah
saya”ucapku mencoba menahan air mata yang ingin keluar
“Maaf Zahra, ternyata selama ini
saya masih mencintai Mita” ucap mas Fahmi
Kutundukkan kepalaku membaca
istigfar
“Dan ini undangan pernikahan
kami, saya harap kamu datang Zahra”ucap mita seraya menyerahkan sebuah undangan
Astagfirullah, bahkan mereka
sudah merencanakan upaca pernikahan
“Baiklah jika itu keputusan mas
Fahmi. Mungkin memang saya tidak pantas bersanding dengan mas, tapi sungguh
saya tidak menyangka bahwa ini semua harus berakhir seperti ini. Saya akan mencoba
ikhlaskan semua ini. Semoga kalian bahagia” ucapku dengan menahan air mata yang
sedari tadi ingin keluar. Ku lepas cincin yang melingkar dijari manisku
“Saya tidak pantas memakai ini
lagi, terima kasih atas selama ini mas. assalamualaikum”ucapku sambil menaruh
cincin tersebut diatas meja, dan mengambil udangan tersebut. Kulangkahkan
kakiku meninggalkan mereka, meninggalkan caffe ini.
0 komentar:
Posting Komentar