Aku
berdiri terdiam dia atas trotoar ini, bertemankan hujan. Ku abaikan suara-suara
bising lalu lalang kendaraan. Ku tutup mataku, mencoba mengingat tentang
dirimu. Aku ingat saat itu, senyum itu, tatapan teduhnya, tawa lepasnya. Ya aku
mencoba mengingat kehadiranmu disini. Aku sangat menyayanginya namun Tuhan
berkehendak lain. Dia mengambil kau dariku. Namun ku coba untuk ikhlas. Hujan
selalu mengingatkanku tentangmu, tentang semua yang telah kita alami bersama.
Dengan
hati-hati kulangkahkan kakiku, menyusuri trotoar ini mencoba mengingat semua
tentangmu dan kenangan kita. Sekelebat bayangan masa dimana kita pertama
bertemu bertengger dengan manis di memoriku. Kita bertemu di trotoar ini,
dimana saat itu kau menolongku dari segerombolan preman brandal yang mencoba
menggangguku. Dengan gagahnya kau melawan preman-preman itu, sehingga mereka
pun pergi dengan tak berdaya. Ku lihat ada darah yang keluar dari sudut
bibirmu, ku keluarkan sapu tangan dari tasku, ku bersihkan darah itu dengan sapu
tangan dan air hujan. Ya saat itu hujan. Ku ucapkan terima kasih padamu yang
telah menolongku, dimulai dari situlah kita menjadi dekat dan aku mengetahui
namamu. Kau memberikan perhatianmu yang lebih denganku, kita sering pulang
bersama menyusuri trotoar ini. Bila kau mendekati diriku hatiku rasa sesuatu,
bila kau senyum pada diriku hatiku rasa tak menentu. Ya aku menyayangimu tanpa
kau sadari. Betapa bahagianya aku saat kau mengungkapkan rasa yang ada di
hatimu itu, ya kau juga menyayangiku.
Di
trotoar ini kau mengungkapkan semua rasa yang kau miliki untukku. Aku senang
karena rasaku tidak bertepuk sebelah tangan seperti Dewa 19. Kau menerima semua
kekurangan yang ada dalam diriku, dan ku terima kau dengan sejuta kekurangan
yang ada dalam dirimu. Kita saling melengkapi satu sama lain. Aku bahagia saat
bersama denganmu, kata-kata motivasi yang sering kau berikan untukku selalu
menjadi obat penyemangat tersendiri untukku. Aku sangat bahagia kasih.
Langkahku
terhenti saat berada di depan tempat duduk yang biasa kita duduki, dulu. Aku
melihat sekeliling tak ada yang berubah dengan tempat ini, masih sama seperti 5 bulan lalu. Saat kuarahkan pandanganku ke
tempat duduk itu lagi, aku melihat sekelebat bayangan, sepasang kekasih yang
saling bercerita saat seharian di sekolah, ada canda dan tawa yang menyelimuti
suasana keduanya. Bahagia sekali pasangan kekasih itu. Itu bayangan kita kasih,
sungguh bahagianya aku saat itu.
Tes tes
tes, sebutir dua butir dan makin banyak mutiran butiran air mata keluar dari
mataku tanpa kuinginkan. Ku lanjutkan jalanku, ku biarkan langkah kakiku akan
membawa kemana diri yang rapuh ini. Ku biarkan air mataku tetap menetes bersama
hujan, tanpa keinginan untuk menghapusnya.
Tanpa
kusadari langkah kakiku mengajakku ke tempat ini, ya jembatan penyebrangan yang
telah rusak ini. Air mataku kembali menetes, semakin deras dan semakin deras.
Dulu 5 bulan yang lalu, saat kita pulang bersama akan menyebrang menggunakan
jembatan penyebrangan ini kala hujan. Tanpa kita sadari jembatan yang telah tua
dan rapuh itu akan semakin rapuh saat kita menggunakannya. Ya jembatan itu
roboh tepat saat kau berada di tengah tengah sementara aku baru menapaki 2 anak
tangga. Kau menjerit memanggil namaku, menyuruhku untuk segera turun dan
menjauh dari jembatan itu, aku pun mengikuti perintahmu. Saat aku berada jauh
dari jembatan itu aku melihatmu, jatuh dari jembatan yang tinggi itu, terlindas
truk yang mengangkut pasir. Aku melihat itu semua. Aku menangis, memanggil
namamu dengan keras. Ku berlari menghampiri dirimu yang berlumuran darah dengan
air mata di pipi ini.
Ku lihat
tubuhmu tak berdaya di tengah jalan itu, aku memangku kepalamu, ku
panggil-panggil namamu, kau mendengarku, kau tersenyum kepadaku sembari
berbicara “teruskan hidupmu sayang, raihlah cita citamu, aku akan selalu
menjaga hatimu. Jangan menangis hanya karenaku” itu kata-kata terakhir yang kudengar dari suara indahmu, kau pergi
dengan senyum manis.
Aku
berdusta padamu, aku mengingkari janjiku padamu. Ya aku masih selalu menangis
kala aku merindukanmu, kala aku mengingat semua tentangmu dan kenangan kita.
Namun aku yakin Tuhan akan memberikan tempat terindah untuk orang sebaik kamu. Biarkan kisah kita membias diantara waktu, biarkan aku
lenyapkan sang penulis kisah, tanpa kamu, akan ada kisah baru, kisah yang
bahkan lebih baik. Dan kiini, biarkan aku menyederhanakan rinduku, mengemasnya
dalam doa, dan berharap akan terlaksana diwaktu yang indah, pada saat yang
tepat. Tanpa pernah kau hadir kembali
menemui dan menemai hari-hariku
0 komentar:
Posting Komentar